Mengenal Jenis-Jenis, Sejarah, dan Karpet Masjid-Karpet masjid bukan sekadar alas ibadah—ia adalah simbol keindahan, kenyamanan, dan bagian dari sejarah panjang perkembangan Islam. Dari masjid-masjid megah di Timur Tengah hingga surau sederhana di pelosok Nusantara, karpet masjid telah menjadi elemen penting yang mendukung kekhusyukan dan estetika tempat ibadah umat Muslim.
Artikel ini akan membahas sejarah karpet masjid, jenis-jenisnya, serta perkembangannya dari Timur Tengah hingga ke Nusantara.

1. Sejarah Karpet Masjid: Jejak dari Tanah Persia
Penggunaan karpet dalam masjid memiliki akar sejarah yang kuat, terutama dari kebudayaan Persia. Sejak abad ke-7, ketika Islam mulai berkembang pesat, bangsa Persia dikenal sebagai pembuat karpet dengan teknik tenun tangan yang rumit dan motif islami yang khas. Karpet Persia ini kemudian digunakan di masjid-masjid sebagai penanda saf (barisan sholat) dan penambah kenyamanan.
Masjid-masjid awal seperti Masjid Nabawi dan Masjidil Haram juga mulai menggunakan hamparan karpet seiring meningkatnya jumlah jemaah dan kebutuhan akan kenyamanan.
➡️ Fakta menarik: Karpet terbesar di dunia saat ini berada di Masjid Sheikh Zayed, Abu Dhabi, dan dibuat secara khusus oleh para pengrajin dari Iran.
2. Jenis-Jenis Karpet Masjid
Karpet masjid kini hadir dalam berbagai jenis berdasarkan bahan, teknik pembuatan, dan motifnya. Berikut adalah beberapa jenis yang umum digunakan:
a. Karpet Turki
- Dikenal dengan motif floral dan arabesque.
- Terbuat dari bahan wol berkualitas tinggi.
- Umumnya tebal, lembut, dan tahan lama.
- Populer di masjid-masjid besar dan mewah.
b. Karpet Persia
- Memiliki desain yang sangat artistik dan rumit.
- Warna-warna khas seperti merah tua, biru, dan emas.
- Lebih bernilai seni dan terkadang digunakan sebagai dekorasi dinding.
c. Karpet Sajjadah Roll (Modern)
- Digunakan di banyak masjid saat ini karena praktis.
- Dibuat dengan mesin, umumnya dari bahan polypropylene atau nylon.
- Memiliki garis shaf yang jelas dan motif Islami yang simpel.
- Lebih ekonomis dan mudah dibersihkan.
d. Karpet Handmade (Tenun Tangan)
- Biasanya dipesan khusus untuk masjid-masjid bersejarah atau istimewa.
- Pengerjaan lebih lama dan harganya tinggi.
- Kualitas dan ketahanannya sangat baik.
3. Karpet Masjid di Nusantara: Akulturasi Budaya dan Fungsi
Masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-13 membawa serta kebudayaan Timur Tengah, termasuk penggunaan karpet dalam tempat ibadah. Namun, masyarakat Nusantara juga mengadaptasinya dengan kearifan lokal.
- Di beberapa masjid tua di Jawa, tikar pandan atau rotan dahulu digunakan sebelum diganti karpet.
- Motif-motif lokal seperti batik atau ukiran khas daerah terkadang diadaptasi ke dalam desain karpet masjid modern.
- Di Aceh, yang memiliki sejarah kuat hubungan dengan Timur Tengah, masjid-masjid besar seperti Masjid Raya Baiturrahman menggunakan karpet impor berkualitas tinggi.
Kini, banyak produsen karpet lokal yang mampu memproduksi karpet masjid dengan kualitas yang tidak kalah dari buatan luar negeri, serta menyesuaikan motifnya dengan unsur budaya Indonesia.
4. Fungsi Lebih dari Sekadar Estetika
Karpet masjid bukan hanya pemanis ruangan. Ia juga memiliki berbagai fungsi penting:
- Menambah kenyamanan saat bersujud dan duduk.
- Meredam suara, menjaga kekhusyukan ibadah.
- Menjaga kebersihan, karena langsung menjadi alas saat shalat.
- Sebagai penunjuk saf, dengan adanya garis-garis pada karpet roll.
- Menambah keindahan dan suasana spiritual, apalagi dengan motif yang islami dan warna yang menenangkan.
Penutup: Karpet sebagai Cermin Peradaban
Dari padang pasir Timur Tengah hingga hamparan masjid-masjid di Nusantara, karpet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan peradaban Islam. Ia bukan hanya alas sholat, tetapi juga lambang seni, kenyamanan, dan kehormatan rumah ibadah.
Memahami jenis dan sejarah karpet masjid bukan hanya soal dekorasi—tetapi juga menghargai perjalanan panjang tradisi dan spiritualitas umat Muslim di seluruh dunia.
Jika Anda memiliki masjid, musala, atau ruangan ibadah dan ingin memilih karpet yang tepat, pertimbangkan tak hanya estetika tapi juga nilai sejarah, kualitas bahan, dan kenyamanan jemaah. Karena karpet bukan hanya "dipijak", tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan spiritual setiap umat yang bersujud di atasnya.
