- Hotline - 081317414739
- SMS - 081317414739
- Whatsapp - 081 317 414 739
- hjkarpet@gmail.com
Manusia cenderung mempercayai informasi berdasarkan perspektif yang sudah tertanam lama dalam dirinya. Orang pun mempercayai apa yang ingin dia percayai, meski itu hoaks. Kekeliruan di era banjir informasi memang tidak bisa dihindari. Sebaran hoaks di media sosial seolah tidak ada habisnya. Namun, mengapa orang-orang bisa mempercayai dan menyebarkannya?
Hanya mempercayai yang ingin dipercaya
Psikolog klinis sekaligus cofounder Ohana Space Jakarta Barat, Veronica Adesla mengatakan, kepercayaan seseorang terhadap informasi tertentu, salah satunya dipengaruhi oleh perspektif yang sudah ada dalam diri orang tersebut.
Manusia memiliki kecenderungan untuk lebih mempercayai informasi yang sesuai dengan perspektif mereka, meski informasi tersebut keliru. “Ketika mencari informasi, bisa juga akhirnya informasi yang dicari, yang difokuskan untuk dilihat adalah informasi yang didukung believe atau keyakinan yang mendukung perspektif tersebut,” újar Vero. Tidak menutup kemungkinan, manusia menutup atau mengabaikan informasi berbasis fakta ilmiah, untuk mempertahankan perspektif yang mereka miliki. Dari situ hoaks terus beredar dan dipercaya masyarakat. Adapun dalam ilmu psikologi sosial, ada istilah epistimological believe, yaitu kepercayaan individu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh masyarakat. Pengetahuan masing-masing individu berbeda. Hal ini memengaruhi kepercayaan setiap individu terhadap suatu hal.
Tidak mencermati informasi dengan benar Faktor lainnya yang membuat orang-orang bisa percaya hoaks adalah kurangnya kecermatan dalam mencerna informasi. “Ketika membaca informasi, tidak berpikir dengan sungguh-sungguh atau dicermati dengan benar, dicerna ulang, logis atau enggak logis, rasional atau tidak rasional,”
Percaya testimoni teman Algoritma media sosial membuat seseorang terjebak dalam bubble atau lingkar pertemanan yang itu-itu saja. Terjebak dalam lingkar pertemanan yang hanya mendukung perspektif yang ingin dipercaya, memengaruhi perilaku seseorang dalam mendapat informasi. Orang cenderung percaya informasi tertentu setelah mendengarkan testimoni dari teman, meski kebenarannya belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. “Informasi dari orang terdekat yang mungkin dipercaya, dalam keseharian bisa jadi itu mempengaruhi.
Belum ada komentar untuk Kenapa Orang Lebih Percaya Hoaks ?